Thursday 26 November 2015

Dampak Buvanest Spinal 0,5 Persen heavy Yang Bikin Heboh

Masih ingat kisah tentang rumah sakit di tanggerang karawaci? saat itu terdapat dua pasien yang menghembuskan nafas terakhir akibat (dugaan) sang dokter lalai saat melakukan sign in. Alhasil injeksi yang seharusnya berisi buvanest spinal 0,5 persen heavy malah berisi Asam tranexamat. Heboh !? pasti lah, oleh karna itu mari kita mengulik ceritanya. Tentu dengan berbagai sumber yang kredibel.

Kembali ke cerita Buvanest Spinal produksi perusahaan kalbe farma dan obat injeksi Asam Tranexamat. Beberapa bulan lalu seakan kita belajar mengenal apa itu buvanest spinal, terkhusus jadi bahan perbincangan diantara mahsiswa fakultas kedokteran. Kasus buvanest spinal dan salah suntik asam tranexamat ini baru pernah terjadi seperti yang diungkapkan Menteri Kesehatan Nila Moeloek. Terlebih lagi ini melibatkan produsen obat terbesar PT kalbe Farma dan RS Siloam yang berlabel standard Internasional.

Anestesi alias pembiusan adalah langkah awal yang wajib dilakukan sebelum seseorang menjalani prosedur pembedahan. Dalam ilmu kedokteran anastesi adalah spesialisasi yang berdiri sendiri dan membutuhkan keahlian tersendiri. Sayangnya sering kali pasien keburu fokus pada bagaimana prosedur pembedahannya sehingga mungkin kurang memperhatikan proses anastesi yang dilakukan.
Sebelum kita lebih dalam mengulik buvanest spinal kalbe farma, ada baiknya kita berkenalan dulu dengan dunia anastesi atau dikenal dengan pembiusan. Perlu diketahui bahwa proses pembiusan dilakukan dengan banyak jenis obat, ada yang proses atau efeknya jangka panjang ada juga yang pendek. Tapi kesamaan dari semuanya adalah untuk mengurangi rasa nyeri, khususnya saat dilakukan operasi termasuk juga MRI dan CT scan.

Setidaknya terdapat 3 jenis anastesi yang umum dikenal;
  1. Anastesi Total, sesuai namanya ini berarti membuat pasien pingsan total alias hilang kesadaran menyeluruh.
  2. Anastesi Regional, jenis pembiusan ini diperuntukan pada bagian tertentu saja sehingga pasien masih memiliki kesadaran.
  3. Anastesi Lokal, Jenis pembiusan yang terakhir ini dilakukan pada sebagian kecil daerah tubuh.
Dari ketiga jenis anastesi diatas, buvanest spinal termasuk pada anastesi regional dan lokal, yang berfungsi untuk mengurangi transfer signal pada sistem saraf sehingga hilangnya rasa nyeri, suhu, sentuhan, termasuk tekanan dalam. Buvanest spinal yang dipergunakan RS Siloam atau yang diproduksi kalbe merupakan sutau tindakan anastesi yang dilakukan pada bagian spinal dengan obat yang dikenal populer sebagai buvanest. Spinal atau epidural sama-sama pembiusan yang bertujuan memblok saraf tulang belakang.

Kandungan dan Dampak Buvanest Spinal

Dilain kesempatan akan kita bahas komposisi buvanest spinal 0,5 heavy lebih dalam, namun untuk saat ini gambarannya seperti berikut:
Kandungan bupicacaine 0,75% juga merupakan kontraindikasi pada anestesi epidural selama persalinan pada kasus serangan jantung refrakter. Memang dibandingkan dengan anestesi lokal lainnya, bupivacain lebih beresiko dan menganggu jantung atau bersifat cardiotoksik namun apabila diberikan dengan dosis yang benar, jarang menimbulkan reaksi alergi pada pasien.
Meskipun reaksi alergi jarang terjadi pada buvanest 0,5 persen heavy 4 ml namun dampak tetap saja bisa terjadi. Beberapa dampak yang biasa terjadi yakni:
  1. Kardiovaskular: hipotensi, aritmia, bradikardi, blok jantung, serangan jantung
  2. Keracunan dapat terjadi sewaktu pengaturan injeksi subarachnoid dan selama anestesi spinal yang tinggi. Efek ini meliputi: apnea, parestesia, inkontinensia tinja, kelumpuhan, hipoventilasi, dan inkontinensia urin. Bukan hanya itu, bupivacain dapat menyebabkan chondrolysis setelah infus kontinu ke dalam ruang sendi.
  3. Bupivacaine telah menyebabkan beberapa kematian ketika anestesi epidural ketika diberikan secara intravena dengan sengaja.
  4. Pengobatan overdosis. Pada pengalaman klinis dengan menggunakan sample hewan menunjukkan intralipid, emulsi lipid intravena, dapat efektif dalam mengobati cardiotoxicity parah sekunder overdosis anestesi lokal, serta laporan kasus manusia penggunaan sukses dengan cara ini.  Rencana untuk mempublikasikan perawatan ini secara lebih luas telah dipublikasikan.
  5. Susunan Saraf Pusat: mati rasa sekitar mulut, kesemutan wajah, vertigo, tinnitus, gelisah, cemas, pusing, kejang, koma
  6. Kehamilan dan menyusui Bupivacaine dapat melalui plasenta dan merupakan obat kategori C kehamilan. Namun, telah disetujui untuk digunakan pada istilah dalam anestesi kandungan. Bupivacaine diekskresikan dalam ASI. Risiko menghentikan menyusui dibandingkan menghentikan bupivacaine harus didiskusikan dengan pasien.
Keenam dampak buvanest spinal diatas harus terus menerus dipantau, tidak setiap pasien sensitif terhadap dampak obat bupivacain ini.
Read More

Tuesday 15 September 2015

Memahami Reaksi Buvanest Spinal Dalam Dunia Medis

Pernah mendengar tentang "Buvanest Spinal" ?

Kalau kamu yang kebetulan sedang studi dalam dunia medis alias kedokteran tentu nantinya akan belajar tentang zat aktif utama bernama Bupivacaine ini. Bupivacaine merupakan salah satu jenis anestesi lokal dan regional jenis amida yang bekerja dengan mengurangi aliran keluar-masuk sodium di sistem saraf. Hal ini menyebabkan berkurangnya inisiasi dan transfer sinyal saraf di area dimana obat tersebut diaplikasikan. Proses blokade pada signal ini menyebabkan hilangnya fungsi saraf yang secara berurutan menunjukkan hilangnya sensasi nyeri, suhu/temperature, sentuh, tekanan dalam, dan kontrol tonus otot.

anastesi buvanest spinal

Bupivacaine pada spinal (buvanest spinal) memiliki masa kerja panjang dan mula kerja yang pendek. Masa kerjanya adalah 2-9 jam. Bupivacaine dapat langsung berefek 1-17 menit setelah penggunaan (bergantung jalur dan dosis) dengan puncaknya setelah 30-45 menit (caudal, epidural atau blokade saraf tepi) diikuti dengan penurunan kadar hingga kadar tidak bermakna selama 3-6 jam kemudian.

Reaksi yang dapat ditimbulkan oleh bupivacaine tak berbeda dari anestesi lokal atau golongan amida lainnya. Penyebab utama, munculnya efek samping adalah kadar obat yang terlalu tinggi di dalam plasma darah yang dapat terjadi akibatoverdosis, lalu obat tidak sengaja tersuntik ke dalam pembuluh darah, atau proses metabolism tubuh yang berjalan dengan lambat. Efek samping yang paling sering ditemukan berhubungan dengan sistem saraf pusat dan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), yakni:
  1. Reaksi pada jantung dan pembuluh darah dikarenakan dosis yang terlalu tinggi atau penyuntikan yang tidak sengaja ke dalam pembuluh darah yang dapat menyebabkan depresi otot jantung, blokade jantung, penurunan curah jantung, hipotensi atau tekanan darah rendah, bradikardia atau frekuensi jantung melambat, aritmia atau yang biasa disebut dengan gangguan irama jantung dan henti jantung.
  2. Reaksi pada neurologis atau (saraf) mengakibatkan paralisis tungkai, hilang kesadaran, paralisis pernapasan, bradikardia, hipotensi sekunder akibat blokade spinal, retensi urin, inkontinensia urin (beser) dan fekal, dan hilang sensai perineal. Lalu, pada fungsi seksual dapat menimbulkan: anesthesia persisten, paresthesia, kelemahan, paralisis tungkai bawah dan hilangnya kontrol sfingter, sakit kepala, nyeri punggung, meningitis septik, meningismus, lambatnya persalinan, kelumpuhan saraf kranial. Reaksi neurologis berhubungan dengan dosis, cara administrasi dan status fisik pasien.
  3. Reaksi sistem pada saraf pusat mengakibatkan tremor, cemas, pusing, tinnitus (telinga berdenging), pandangan kabur, lemah dan dapat pula terjadi kejang. Pasien juga dapat merasa mengantuk berlebih sampai tidak sadar dan henti napas. Efek samping lainnya antara lain: mual, muntah, menggigil dan miosis (pupil mengecil).
  4. Reaksi alergi, terjadinya reaksi alergi meskipun jarang namun reaksi alergi dapat tetap terjadi. Reaksi alergi terjadi akibat hipersensitifitas terhadap kandungan bupivacaine atau anestesi golongan amida lainnya dan kandungan tambahan. Reaksi tersebut terjadi pada tubuh, mulai dari gatal-gatal, timbul bentol, kemerahan, bengkak di wajah, bengkak di saluran napas, takikardia, bersin-bersin, mual, muntah, pusing, pingsan, keringat berlebih, suhu tubuh meningkat hingga reaksi anafilaksis (termasuk hipotensi berat yang dapat berakibat fatal).
Efektivitas dan keamanan anestesi lokal buvanest spinal bergantung dengan pencegahan yang memenuhi syarat, penggunaan dosis yang sesuai, kesiapan untuk kondisi gawat darurat serta teknik penyuntikan yang tepat.
Read More

About Me

Popular Posts

Designed By Seo Blogger Templates