Tuesday 15 September 2015

Memahami Reaksi Buvanest Spinal Dalam Dunia Medis

Pernah mendengar tentang "Buvanest Spinal" ?

Kalau kamu yang kebetulan sedang studi dalam dunia medis alias kedokteran tentu nantinya akan belajar tentang zat aktif utama bernama Bupivacaine ini. Bupivacaine merupakan salah satu jenis anestesi lokal dan regional jenis amida yang bekerja dengan mengurangi aliran keluar-masuk sodium di sistem saraf. Hal ini menyebabkan berkurangnya inisiasi dan transfer sinyal saraf di area dimana obat tersebut diaplikasikan. Proses blokade pada signal ini menyebabkan hilangnya fungsi saraf yang secara berurutan menunjukkan hilangnya sensasi nyeri, suhu/temperature, sentuh, tekanan dalam, dan kontrol tonus otot.

anastesi buvanest spinal

Bupivacaine pada spinal (buvanest spinal) memiliki masa kerja panjang dan mula kerja yang pendek. Masa kerjanya adalah 2-9 jam. Bupivacaine dapat langsung berefek 1-17 menit setelah penggunaan (bergantung jalur dan dosis) dengan puncaknya setelah 30-45 menit (caudal, epidural atau blokade saraf tepi) diikuti dengan penurunan kadar hingga kadar tidak bermakna selama 3-6 jam kemudian.

Reaksi yang dapat ditimbulkan oleh bupivacaine tak berbeda dari anestesi lokal atau golongan amida lainnya. Penyebab utama, munculnya efek samping adalah kadar obat yang terlalu tinggi di dalam plasma darah yang dapat terjadi akibatoverdosis, lalu obat tidak sengaja tersuntik ke dalam pembuluh darah, atau proses metabolism tubuh yang berjalan dengan lambat. Efek samping yang paling sering ditemukan berhubungan dengan sistem saraf pusat dan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), yakni:
  1. Reaksi pada jantung dan pembuluh darah dikarenakan dosis yang terlalu tinggi atau penyuntikan yang tidak sengaja ke dalam pembuluh darah yang dapat menyebabkan depresi otot jantung, blokade jantung, penurunan curah jantung, hipotensi atau tekanan darah rendah, bradikardia atau frekuensi jantung melambat, aritmia atau yang biasa disebut dengan gangguan irama jantung dan henti jantung.
  2. Reaksi pada neurologis atau (saraf) mengakibatkan paralisis tungkai, hilang kesadaran, paralisis pernapasan, bradikardia, hipotensi sekunder akibat blokade spinal, retensi urin, inkontinensia urin (beser) dan fekal, dan hilang sensai perineal. Lalu, pada fungsi seksual dapat menimbulkan: anesthesia persisten, paresthesia, kelemahan, paralisis tungkai bawah dan hilangnya kontrol sfingter, sakit kepala, nyeri punggung, meningitis septik, meningismus, lambatnya persalinan, kelumpuhan saraf kranial. Reaksi neurologis berhubungan dengan dosis, cara administrasi dan status fisik pasien.
  3. Reaksi sistem pada saraf pusat mengakibatkan tremor, cemas, pusing, tinnitus (telinga berdenging), pandangan kabur, lemah dan dapat pula terjadi kejang. Pasien juga dapat merasa mengantuk berlebih sampai tidak sadar dan henti napas. Efek samping lainnya antara lain: mual, muntah, menggigil dan miosis (pupil mengecil).
  4. Reaksi alergi, terjadinya reaksi alergi meskipun jarang namun reaksi alergi dapat tetap terjadi. Reaksi alergi terjadi akibat hipersensitifitas terhadap kandungan bupivacaine atau anestesi golongan amida lainnya dan kandungan tambahan. Reaksi tersebut terjadi pada tubuh, mulai dari gatal-gatal, timbul bentol, kemerahan, bengkak di wajah, bengkak di saluran napas, takikardia, bersin-bersin, mual, muntah, pusing, pingsan, keringat berlebih, suhu tubuh meningkat hingga reaksi anafilaksis (termasuk hipotensi berat yang dapat berakibat fatal).
Efektivitas dan keamanan anestesi lokal buvanest spinal bergantung dengan pencegahan yang memenuhi syarat, penggunaan dosis yang sesuai, kesiapan untuk kondisi gawat darurat serta teknik penyuntikan yang tepat.


No comments:

Post a Comment

About Me

Popular Posts

Designed By Seo Blogger Templates